coretan si udin Blogspot.com |
Kita boleh menyangka, menduga dan menilai sesuatu yang kita lihat atau kita dengar karena itu bagian dari fitrah manusia. Tetapi sangkaan, dugaan dan penilaian itu tidak dapat dijadikan tolok ukur sebuah kebenaran sebelum dibuktikan dengan kenyataan.
Wisata Green Industry 3, 6 Mei 2015, memberikan
kesadaran bahwa saya tak boleh berburuk sangka sebelum saya benar-benar tahu
yang sesungguhnya, yaitu setelah melalui proses klarifikasi. Meminjam istilah
yang dipakai oleh salah satu tokoh filsafat Etika Immanuel Kant, untuk
memperoleh pengetahuan yang benar maka harus ada yang disebut dengan a posteriori setelah apriori.
Yang disebut pertama adalah pengetahuan yang bersifat indrawi, faktualitas,
sesuai dengan kenyataan bagaimana indra manusia membenarkan. Sedangkan yang
kedua, a priori kebenaran berdasarkan akal. Kant menggabungkan dua
sumber kebenaran itu sebagai kritik terhadap dua golongan emprisme dan
rasionalisme.
Begitulah kiranya sebagai pemantik dari tulisan ini. Saya
mungkin belum termasuk pengikut Kant karena selalu berasumsi berdasarkan
konstruksi pemikiran lalu kemudian disimpulkan tanpa ada klarifikasi tertelebih
dahulu. Tetapi kemudian saya tersadar, bahwa asumsi yang saya yakini kurang
sepenuhnya tepat khususnya bila dikontekstualkan dengan acara yang saya ikuti,
Wisata Green Industry yang dilaksanakan oleh PT Semen Indonesia. Sosialisasi
mengenai dapur industri PT Semen
Indoensia Tuban itu menghadirkan 150 peserta dari berbagai daerah. Berdasarkan
pemahaman saya, acara tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan bagaimana
sebenarnya industri semen itu dikelola, dampaknya bagi lingkungan dan
masyarakat khususnya di sekitar pabrik.
Wisata Green Industri 3 –termasuk juga Wisata Green Industri
I dan II, barangkali - diarahkan untuk menjadi
embrio bagi pembentukan komunitas penggiat Sosial Media, para alumnus Blogger
penggiat Sosial Media yang pernah berkunjung ke pabrik milik Semen Indonesia
Group.
Setiap orang, yang tidak tahu banyak mengenai industri semen,
kemungkinan besar akan menilai (bahkan menuduh) bahwa pabrik semen akan
merugikan masyarakat, didasarkan dampak lingkungan yang dianggap akan merugikan
masyarakat, padahal belum tentu benar. Tanah gersang misalnya, kehabisan
persediaan air, polusi dan lain-lain. Atau seperti beberapa wacana yang sengaja
dihembuskan, misalnya: (1) proses produksi semen berpotensi merusak 109 mata air, 49 gua,
dan 4 sungai bawah tanah yang masih mengalir dan mempunyai debit yang bagus,
(2) sawah pertanian akan tertimbun debu, begitu pula udara akan tercemari oleh
debu yang dihasilkan pabrik, (3) pembangunan pabrik mengancam pertanian dalam
beberapa puluh tahun mendatang. Dimana air akan habis sehingga sawah-sawah
tidak terairi irigasi, (4) Pabrik Semen merusak ekosistem, (5) Bekas tambang
terbengkalai, (5) pembangunan pabrik tidak memenuhi amdal, dan (6) karena
pabrik petani akan kehilangan lahan garap.
Penilaian demikian, demikian seperti yang saya alami
sebelumnya, bersumber dari informasi yang diperoleh secara tidak langsung, baik
melalui media informasi seperti koran
dan televisi, atau dari mulut ke mulut yang subernya tidak jelas
sejelas-jelasnya. Faktanya, selama perjalanan kami diperlihatkan banyak bukti
bahwa dengan pengelolaan yang baik, dampak-dampak negatif yang dihembuskan tadi
tidak sepenuhnya benar, bahkan sama sekali.
Pendirian pabrik semen Rembang yang sejak beberapa tahun yang
lalu, dimana, masih menuai kontroversi merupakan bagian dari asumsi yang tidak
berdasar itu, atau boleh jadi ada tangan di balik layar yang bermain agar industri
itu gagal karena kepentingan tertentu. Mereka yang menolak punya alasan
tertentu dan yang menerima juga punya alasan. Hingga kini, meskipun secara
hukum sudah diketok, sisa-sisa kebencian dari yang menolak akan terus
menyisakan luka. Sampai kapanpun barangkali.
Saya tidak hendak membanding-bandingkan antara rencana
pembangunan pabrik di Rembang dan pabrik semen Tuban yang saya kunjungi.
Tulisan akan bertutur sesuai dengan apa yang saya lihat, saya dengar dan
tanyakan ketika selama sehari saya mengikuti acara Wisata Green Industry 3. Tidak lain agar pembaca mengerti bahwa,
sejauh pengamatan saya, tidak selamanya industri, industri semen dalam hal ini,
akan membawa efek negatif bagi masyarakat. Bagaimana perusahaan industri itu
dikelola, hal itu sangat menentukan bahwa ia akan berdanpak positif atau tidak
bagi masyarakat.
Acara Wisata Green Industry membuka lebar-lebar mata dan
pikiran saya untuk mengetahui yang senyatanya yang saya lihat yang saya dengar
dan saya amati untuk kemudian saya
simpulkan. Sehari itu, dari pagi hingga sore, saya 150 orang kawan saya dari
komunitas blogger dari berbagai penjuru dimanjakan dengan pengetahuan mengenai
dapur Industri Semen Indonesia Tuban.
Pelabuhan Membentang Indah PT Semen Indoensia
Jarum Jam menunjuk ke angka 10 lewat 30 menit ketika kami
tiba di lokasi. Disana, di depan gerbang pelabuhan, masih di dalam bus, kami
disambut salah satu humas PT Semen Gresik Indoensia Agrianti. Kami memasuki
area pelabuhan. Di sepanjang jalan, informasi banyak kami dapat dari guide
yang membimbing kami.
Semen Indoensia Tuban memiliki dua jenis semen: Semen Curah
dan Semen pack. Semen diproduksi melalui empat tahap proses: penambangan,
Crosing, pendinginan dan pengepakan untuk kemudian di distribusikan ke
berbagai daerah. Semen Indonesia termasuk semen bersekala besar di Asia.
Pengelolaan Semen Indonesia Tuban di tanah seluas 797,4 hektar.
Kami masih menyusuri area pelabuhan semen gresik. Di sanalah
pabrik semen tuban melakukan aktifitas mengirim dan pemasukan barang. Tampak
tumpukan batu bara seperti perbukitan di pinggir pelabuhan dengan asap yang
masih mengepul. Batu bara itu digunakan sebagai bahan bakar ketika proses pembuatan
semen. Tidak hanya batu bara, pabrik semen Indoensia tuban juga menggunakan
limbah pabrik rokok untuk bahan bakar. Pelabuhan yang membentang dari hulu ke
hilir menampilkan panorama yang indah, tertata rapi dan bersih.
Rombongan dari semarang berangkat pukul 05.00 WIB. Sekitar 4
jam kami di perjalanan. Satu hal yang tak bisa saya lupakan: pikiran saya
dipenuhi berbagai pertanyaan dan tentu sedikit kebimbangan mengenai apa yang
akan saya hadapi. Benarkah pabrik semen berakibat fatal bagi kerusakan
lingkungan?
Saya baru pertama kali mengunjungi pabrik semen dan, sama
sekali, tidak punya gambaran mengenai hal itu. Tetapi dugaan saya berbeda sesampai
saya tiba di lokasi. Beberapa kenyataan yang saya lihat memberikan pengetahuan
baru bagi saya, dan mungkin juga kawan-kawan yang memiliki pengetahuan yang
sama seperti saya.
Reklamasi Lahan PT Semen Indoensia
Selepas dari pelabuhan kami menuju area reklamasi lahan. Kami
masih terus berbincang dengan guide yang mendampingi kami. Di sepanjang
jalan, di kanan kiri jalan, nampak pepohonan hijau dan rindang.
“pohon-sengaja di tanam untuk menghambat debu-debu yang
beterbangan dan demi menjaga kelestarian lingkungan,” kata guid kami.
Semen indoensia menepis anggapan bahwa semen akan merusak
lingkungan. Justru dengan adanya pabrik itu, lingkungan sekitar pabrik dikelola
dengan baik agar terlihat indah. Pohon-pohon pilihan sengaja di tanam untuk
menjaga keasrian lingkungan.
Kata Agrianti, setiap masyarakat diberi kebebasan untuk
memanfaatkan lahan kosong di sela-sela penanaman pohon pas penambangan. Hasil
dari pemanfaatan itu sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat.
Kegiatan pertambangan meliputi penambangan tanah liat dan
batu kapur sebagai bahan baku utama. Selain itu ada pasir silika dan pasir
besi. Proses pembuatan semen, intinya mengabil oksida-oksida yang terkandung di
empat bahan baku di atas yang pada akhirnya membentuk mineral-mineral baru yang
membentuk komposisi semen.
Desa Binaan PT Semen Indoensia
Desa binaan adalah desa yang dibina secara langsung oleh PT
semen Indoensia tuban. Inilah salah satu kontibusi penting pabrik untuk
membantu perekonomian masyarakat. Hilangnya lahan masyarakat karena berdirinya
pabrik tidak menutup mata pihak pabrik untuk untuk bertanggung jawab.
Ada dua kegiatan diantaranya berkaitan dengan program desa
binaan. Pertama, Sentra Kerajinan Batik, dan kedua, one villge
one program, satu desa satu program.
Jarum jam menunjuk angka 12.00 ketika kami tiba di lokasi
sentra kerajinan batik binaan PT Semen Indoensia Tuban. Disana kami disambut Ibu Uswatun selaku instruktur
kerajinan batik. Sekitar 30 menit kami berbincang-bincang.
Uswatun menjelaskan kontribusi semen indonesia siap pada
masyarakat khususnya sentra kerajinan batik. Salah satunya berkaitan dengan
pemasaran. Tahun 2007, pabrik semen indoensia tuban membantu pemasaran batik
sehingga kebutuhan pasar semakin bertambah, tidak hanya di dalam negeri tetapi
merambah ke manca negara seperti Amerika dan Eropa.
Kerajinan membatik diwariskan ke anak-anak muda di desa.
Seorang gadis kecil nampak lihai, cakap dan telaten membatik ketika kami masuk
ke “dapur” pembuatan batik usai berbincang-bincang dengan Ibu Uswatun. Usianya
yang masih belia dikalahkan oleh keterampilannya mengukir bungan-bunga di kain
itu (kain untuk membatik).
Ia mengatakan, keterampilan membatik sudah ia ketahuan sudah
lama. Mudah, karena dia sudah terbiasa berkat pengajaran dari Ibu uswatun. Saya
merasa iri, karena anak se kecil itu sudah mahir dalam membatik.
Program desa binaan sebagai upaya untuk menfasilitasi
masyarakat agar tak terkendala di bidang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Satu desa satu program atau yang dikenal dengan one village one
program meliputi: kegiatan pelatihan, pameran, wirausaha dan lain-lain.
Jam menunjukkan pukul 12.50 WIB ketika kami meninggalkan desa
yang merupakan pusat sentra kerajinan batik binaan Semen Indoensia Tuban itu.
Rombongan menuju kantor PT Semen Gersik Tuban yang beralamat di Ds Sumberamu
Kerek Tuban. Kami makan siang bersama dengan menu makan yang beragam. Para
peserta tanpak ceria menikmati acara Green Wisata Industri 3.
Metting In Class Wisata Green Industry
Satu rangkaian acara yang juga tidak bisa dilewatkan dalam
acara Green Wisata Industri 3 yaitu metting in the class. Kalau
sebelumnya rombongan dari berbagai daerah mengunjungi lokasi dapur industri
semen secara terpisah, dalam acara metting in the class kita berkumpul
bersama. Di sanalah kemerian acara Green Wisata Industri terlihat. Hiburan
musik juga di sediakan sebelum acara inti dilaksanakan. Kami menikmatinya
dengan santai sembari menikmati hidangan yang sudah tertata rapi di atas meja. Metting
in the class merupakan pertemuan langsung antara peserta dan sebagian “tokoh-tokoh”
penting Semen Indonensia. Dan di saja jugalah peserta bisa mengungkapkan
uneg-unegnya berkaitan dengan PT Semen Indoensia.
Beberapa materi disampaikan oleh PT Semen Indoensia, diantaranya
mengenai proses pembuatan semen, gambaran pabrik secara keseluruhan, dan
kedudukan PT Semen Indoensia. Hadir juga kepala proyek pendirian pabrik semen
Remabang dan Corporate Social Responsibiliy (CSR) pabrik Semen Indoensia
Gresik. Rancangan untuk pendirian pabrik semen Rembang dijabarkan dalam acara
metting in the class. Begitupun berkaitan dengan kontribusi PT Semen Indonesia
dalam program kesejahteraan lingkungan (baca: masyarakat) dijelaskan dengan
detail oleh bagian CSR.
Penambagan dan Pasca Tambang PT Semen Indoensia
Tidak berhenti di meeting the class, peserta Green
Wisata Industry 3 diajak menyusuri area penambangan PT Semen Indonesia Tuban.Di
sana truk-truk pengangkut hasil tambang sedang beroperasi. Penambangan batu
kapur itu di atas tanah dengan luas sekitar 8 hektar. Saya, hanya membayangkan,
betapa kayanya tanah indoensia. Sejak berdirinya PT Semen Indoensia Tuban pada tahun 1993, batu kapur
tak pernah habis hingga sekarang. Kekayaan alam indonesia harus benar-benar
dimanfaatkan untuk kepentingan negara dan rakyat indoensia.
Kami juga mengunjungi tanah pasca tambang. PT Semen Indonensia
tidak serta merta membiarkan tanah bekas tambang tanpa guna. Pasca penambangan tanah
ditanami pepohonan. Hal ini untuk tetap menjaga kehijaun lingkungan. Karena pohon
tidak bisa hidup di atas tanah kapur, PT semen “menumpanginya” terlebih dahulu
dengan tanah subur sekitar 1 meter. Di sanalah pohon-pohon jati itu tumbuh dan
besar.
Semenku Ramah Lingkungan
Usai sudah penelusuran kami ke Industri Semen Indoensia Tuban.
Dan kami tahu, dan tentu masih membekas di pikiran saya dari apa yang saya
lihat di selama sehari. Pabrik semen tidak selamanya akan berdampak buruk bagi
lingkungan. Lagi, pengelolaan pabrik yang baik, hati-hati, dan sesuai dengan
undang-undang serta berdasarkan AMDAL yang objektif tentu sangat menentukan
bagi kebaikan masyarakat khususnya masyarakat di sekitar pabrik.
PT Semen Indoensia Tuban
telah menujukkan itu semua kepada saya, kita dan semua orang yang hadir dalam
acara Wisata Green Industry 3. Industri semen yang ramah lingkungan tidak hanya
bisa diterjemahkan ke pada hijaunya pepohonan di sekitar pabrik. Tetapi juga
harus diterjemahkan pada “hijaunya kehidupan masyarakat sekitar”. Melalui
program desa binaan, binaan yang berkelanjutan yang tujuan akhirnya adalah
kesejahteraan masyarakat, PT Semen Indonesia harus maju dan bangkit memenangkan
persaingan industri dalam kancah internasional. Majulah #Semenku. Majulah Semen
Indoensia yang ramah dan peduli terhadap lingkungan.
Semoga Semen Indonesia mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat
BalasHapusAmin. Saya juga berharap demikian. Semoga pendapatan negara sebesar 51% dari SI bisa dipertahan. Lebih-lebih bisa dinaikkan.
BalasHapuslanjukan semangat kangan mengecewakan masyarakat
BalasHapusdnt judge something from the cover
BalasHapussemoga event berikutnya lebih baik
BalasHapusSay ikut juga loh. Terkesan dengan proyek K3-nya.
BalasHapus