Aku rusak karena kau pasak. Kau tadang aku oleh anyir pandang wajahmu. Kau kah itu?
__yang akan menjadi mati bagi hidup yang ditikam belati berkali-kali, atau hanya rimbun yang mencegah kaki saat seharusnya aku lihat bukit tinggi untuk kemudian aku daki.
Atau?
Kau kah itu?
__yang akan menjadi tajam bagi tumpul pikir saat aku butuh inspirasi, dan jawab dari cecar tanya yang tak pernah berhenti, lalu aku diam tanpa bunyi.
Aku pernah memikirkan itu.
Lalu
Kau kah itu?
__yang lalu, dan berlalu, layu, lalu aku jadi pilu?
Mei 2015
Sajak Miftahul Arifin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar