Selasa, 27 Desember 2016

mantra hujan


aku masih ingat kapan terakhir kali hujan
turun membasahi pepohonan, mengalir ke selokan, dan
menghanyutkan sampah-sampah.

hujan di Desember itu membasuh basah kepalaku
melangkah ke daun telinga, lalu deras ke sekujur tubuh,
menghantam pori, menggigilkan mati karena belati.

hujan memanggil-manggil tanpa lafal
aku yang basah berlari ke bawah atap
lalu mengintip dari jendela.
kulihat hujan terus basah, melangkah ke selokan, dan
menghayutkan sampah-sampah.

hujan lalu pergi, meninggalkan tetumbuhan tumbuh subur,
hujan melambaikan tangan menuju gersang di tanah lapang.

dari hari ke hari. ke bulan. 
hingga ke Desember lagi.
hujan girang bersama pawang
yang sangat hapal mantra hujan. 

Jepara, 27 Desember 2017







  









Sabtu, 17 Desember 2016

kalau bukan karena engkau


kalau bukan karena engkau yang tiba di penghujung malam
aku telah berhenti mengatup pandang
untuk apa memuja lelap
kalau hanya berkawan gelap.

kasih, lihatlah!
mata yang pernah sekejap menatap parasmu
masih belum bisa menyembunyikan perangainya membohongi hujan. dan
lidah yang fakir menyampaikan pesan tuan
telah menuhankan tangan mengisahkan kenang
walau sekalimat sejumpa engkau yang sesaat

suara gemuruh musim hujan
kau mendengarnya?
itu tak mewakili nyaring gurindam
dari lisan pembenci malam
saat lidahnya mengadu pada alam.

kasih, sebab engkau
aku rela menyongkel mata
menghianati pandang kalau kemarau dibasuh hujan
menulikan telinga kalau seorang hamba telah bertuan

Jepara, 18 Desember 2016

Selasa, 13 Desember 2016

menghapal ayat-ayat hujan



hujan masih di persembunyian
enggan mencumbu tanah membelai dahan.

setahun lebih kemarau mengarang
tanah tak menanggalkan basah.sebab
seorang bocah menindihnya
menghujan linggis, memecah kantong air
di bola mata abu-abunya.

ia merapal. menghapal ayat-ayat hujan.
sepanjang hari. seumur petang.
setiap saat.
sampai hapal. sampai lupa kemarau mengarang.

tanah. dahan. hingga sejarah. basah gelisah.

hujan masih di persembunyian
enggan mencumbu bumi
yang ingin menjadikannya kisah
bersama pohon-pohon
mengatapi kesunyian sampai datang kematian.

Jepara, 13 Desember 2016

Senin, 12 Desember 2016

Se-Diri




malam basah tanpa hujan tanpa air mata
tanpa riak tanpa tirai
tanpa aba-aba
bisu.

menggigil di rongga.
bicara pada kepul asap. Lalu lenyap. mengudara. sesaat.
berulang sampai pucat mengurat.

Jepara, 12 Desember 2016.

Tak Ingin Bertanya Lagi



aku tak ingin bertanya lagi
perihal perjumpaan-perjumpaan denganmu.
karena bulan tak pernah layu sekalipun matahari kerap menjadikannya bisu.

aku tak ingin bertanya lagi
perihal kepergian dan kedatanganmu
karena hujan tak pernah pilu sekalipun angin selalu meniadakan cumbu.

perihal perjumpaan-perjumpaan di masa lalu
aku tak ingin mengingat
juga melupakan
tapi jangan larang aku mengabadikan
sebab aku tahu. hujan tak pernah rela biarkan kembang ditelan kemarau.

pada patah yang entah kapan akan tersambung.
pada yang menyebabkanmu aku jadi mengerti wujud sejatinya gandrung.

aku tak tidur, sayang. apalagi hilang.
aku duduk bersila.
menunggumu di depan surau.

Jepara, 12 Desember 2016