Rabu, 10 Juni 2015

WISATA GREEN INDUSTRY: TEPAS TEPIS TUNTAS (TUDUHAN) INDUSTRI SEMEN TAK RAMAH LINGKUNGAN

coretan si udin Blogspot.com
TOP SUB: Pelabuhan Membentang Indah PT SI - Reklamasi Lahan PT SI - Desa Binaan PT SI - Metting in The Class Green Wisata Industry - Penambangan dan Penanaman Pohon Pasca Tambang - Semenku Ramah Lingkungan 

Kita boleh menyangka, menduga dan menilai sesuatu yang kita lihat atau kita dengar karena itu bagian dari fitrah manusia. Tetapi sangkaan, dugaan dan penilaian itu tidak dapat dijadikan tolok ukur sebuah kebenaran sebelum dibuktikan dengan kenyataan.


Wisata Green Industry 3, 6 Mei 2015,  memberikan kesadaran bahwa saya tak boleh berburuk sangka sebelum saya benar-benar tahu yang sesungguhnya, yaitu setelah melalui proses klarifikasi. Meminjam istilah yang dipakai oleh salah satu tokoh filsafat Etika Immanuel Kant, untuk memperoleh pengetahuan yang benar maka harus ada yang disebut dengan  a posteriori setelah  apriori. Yang disebut pertama adalah pengetahuan yang bersifat indrawi, faktualitas, sesuai dengan kenyataan bagaimana indra manusia membenarkan. Sedangkan yang kedua, a priori kebenaran berdasarkan akal. Kant menggabungkan dua sumber kebenaran itu sebagai kritik terhadap dua golongan emprisme dan rasionalisme.

Begitulah kiranya sebagai pemantik dari tulisan ini. Saya mungkin belum termasuk pengikut Kant karena selalu berasumsi berdasarkan konstruksi pemikiran lalu kemudian disimpulkan tanpa ada klarifikasi tertelebih dahulu. Tetapi kemudian saya tersadar, bahwa asumsi yang saya yakini kurang sepenuhnya tepat khususnya bila dikontekstualkan dengan acara yang saya ikuti, Wisata Green Industry yang dilaksanakan oleh PT Semen Indonesia. Sosialisasi mengenai dapur industri  PT Semen Indoensia Tuban itu menghadirkan 150 peserta dari berbagai daerah. Berdasarkan pemahaman saya, acara tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan bagaimana sebenarnya industri semen itu dikelola, dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat khususnya di sekitar pabrik.

Wisata Green Industri 3 –termasuk juga Wisata Green Industri I dan II, barangkali -  diarahkan untuk menjadi embrio bagi pembentukan komunitas penggiat Sosial Media, para alumnus Blogger penggiat Sosial Media yang pernah berkunjung ke pabrik milik Semen Indonesia Group.

Setiap orang, yang tidak tahu banyak mengenai industri semen, kemungkinan besar akan menilai (bahkan menuduh) bahwa pabrik semen akan merugikan masyarakat, didasarkan dampak lingkungan yang dianggap akan merugikan masyarakat, padahal belum tentu benar. Tanah gersang misalnya, kehabisan persediaan air, polusi dan lain-lain. Atau seperti beberapa wacana yang sengaja dihembuskan, misalnya: (1) proses produksi semen berpotensi merusak 109 mata air, 49 gua, dan 4 sungai bawah tanah yang masih mengalir dan mempunyai debit yang bagus, (2) sawah pertanian akan tertimbun debu, begitu pula udara akan tercemari oleh debu yang dihasilkan pabrik, (3) pembangunan pabrik mengancam pertanian dalam beberapa puluh tahun mendatang. Dimana air akan habis sehingga sawah-sawah tidak terairi irigasi, (4) Pabrik Semen merusak ekosistem, (5) Bekas tambang terbengkalai, (5) pembangunan pabrik tidak memenuhi amdal, dan (6) karena pabrik petani akan kehilangan lahan garap.

Penilaian demikian, demikian seperti yang saya alami sebelumnya, bersumber dari informasi yang diperoleh secara tidak langsung, baik melalui media informasi  seperti koran dan televisi, atau dari mulut ke mulut yang subernya tidak jelas sejelas-jelasnya. Faktanya, selama perjalanan kami diperlihatkan banyak bukti bahwa dengan pengelolaan yang baik, dampak-dampak negatif yang dihembuskan tadi tidak sepenuhnya benar, bahkan sama sekali.

Pendirian pabrik semen Rembang yang sejak beberapa tahun yang lalu, dimana, masih menuai kontroversi merupakan bagian dari asumsi yang tidak berdasar itu, atau boleh jadi ada tangan di balik layar yang bermain agar industri itu gagal karena kepentingan tertentu. Mereka yang menolak punya alasan tertentu dan yang menerima juga punya alasan. Hingga kini, meskipun secara hukum sudah diketok, sisa-sisa kebencian dari yang menolak akan terus menyisakan luka. Sampai kapanpun barangkali.

Saya tidak hendak membanding-bandingkan antara rencana pembangunan pabrik di Rembang dan pabrik semen Tuban yang saya kunjungi. Tulisan akan bertutur sesuai dengan apa yang saya lihat, saya dengar dan tanyakan ketika selama sehari saya mengikuti acara Wisata Green Industry  3. Tidak lain agar pembaca mengerti bahwa, sejauh pengamatan saya, tidak selamanya industri, industri semen dalam hal ini, akan membawa efek negatif bagi masyarakat. Bagaimana perusahaan industri itu dikelola, hal itu sangat menentukan bahwa ia akan berdanpak positif atau tidak bagi masyarakat.

Acara Wisata Green Industry membuka lebar-lebar mata dan pikiran saya untuk mengetahui yang senyatanya yang saya lihat yang saya dengar dan saya amati  untuk kemudian saya simpulkan. Sehari itu, dari pagi hingga sore, saya 150 orang kawan saya dari komunitas blogger dari berbagai penjuru dimanjakan dengan pengetahuan mengenai dapur Industri Semen Indonesia Tuban.

Pelabuhan Membentang Indah PT Semen Indoensia

Jarum Jam menunjuk ke angka 10 lewat 30 menit ketika kami tiba di lokasi. Disana, di depan gerbang pelabuhan, masih di dalam bus, kami disambut salah satu humas PT Semen Gresik Indoensia Agrianti. Kami memasuki area pelabuhan. Di sepanjang jalan, informasi banyak kami dapat dari guide yang membimbing kami.  

Semen Indoensia Tuban memiliki dua jenis semen: Semen Curah dan Semen pack. Semen diproduksi melalui empat tahap proses: penambangan, Crosing, pendinginan dan pengepakan untuk kemudian di distribusikan ke berbagai daerah. Semen Indonesia termasuk semen bersekala besar di Asia. Pengelolaan Semen Indonesia Tuban di tanah seluas 797,4 hektar.

Kami masih menyusuri area pelabuhan semen gresik. Di sanalah pabrik semen tuban melakukan aktifitas mengirim dan pemasukan barang. Tampak tumpukan batu bara seperti perbukitan di pinggir pelabuhan dengan asap yang masih mengepul. Batu bara itu digunakan sebagai bahan bakar ketika proses pembuatan semen. Tidak hanya batu bara, pabrik semen Indoensia tuban juga menggunakan limbah pabrik rokok untuk bahan bakar. Pelabuhan yang membentang dari hulu ke hilir menampilkan panorama yang indah, tertata rapi dan bersih.  

Rombongan dari semarang berangkat pukul 05.00 WIB. Sekitar 4 jam kami di perjalanan. Satu hal yang tak bisa saya lupakan: pikiran saya dipenuhi berbagai pertanyaan dan tentu sedikit kebimbangan mengenai apa yang akan saya hadapi. Benarkah pabrik semen berakibat fatal bagi kerusakan lingkungan?

Saya baru pertama kali mengunjungi pabrik semen dan, sama sekali, tidak punya gambaran mengenai hal itu. Tetapi dugaan saya berbeda sesampai saya tiba di lokasi. Beberapa kenyataan yang saya lihat memberikan pengetahuan baru bagi saya, dan mungkin juga kawan-kawan yang memiliki pengetahuan yang sama seperti saya.

Reklamasi Lahan PT Semen Indoensia

Selepas dari pelabuhan kami menuju area reklamasi lahan. Kami masih terus berbincang dengan guide yang mendampingi kami. Di sepanjang jalan, di kanan kiri jalan, nampak pepohonan hijau dan rindang.

“pohon-sengaja di tanam untuk menghambat debu-debu yang beterbangan dan demi menjaga kelestarian lingkungan,” kata guid kami.

Semen indoensia menepis anggapan bahwa semen akan merusak lingkungan. Justru dengan adanya pabrik itu, lingkungan sekitar pabrik dikelola dengan baik agar terlihat indah. Pohon-pohon pilihan sengaja di tanam untuk menjaga keasrian lingkungan.

Kata Agrianti, setiap masyarakat diberi kebebasan untuk memanfaatkan lahan kosong di sela-sela penanaman pohon pas penambangan. Hasil dari pemanfaatan itu sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat.

Kegiatan pertambangan meliputi penambangan tanah liat dan batu kapur sebagai bahan baku utama. Selain itu ada pasir silika dan pasir besi. Proses pembuatan semen, intinya mengabil oksida-oksida yang terkandung di empat bahan baku di atas yang pada akhirnya membentuk mineral-mineral baru yang membentuk komposisi semen.

Desa Binaan PT Semen Indoensia

Desa binaan adalah desa yang dibina secara langsung oleh PT semen Indoensia tuban. Inilah salah satu kontibusi penting pabrik untuk membantu perekonomian masyarakat. Hilangnya lahan masyarakat karena berdirinya pabrik tidak menutup mata pihak pabrik untuk untuk bertanggung jawab.

Ada dua kegiatan diantaranya berkaitan dengan program desa binaan. Pertama, Sentra Kerajinan Batik, dan kedua, one villge one program, satu desa satu program.
Jarum jam menunjuk angka 12.00 ketika kami tiba di lokasi sentra kerajinan batik binaan PT Semen Indoensia Tuban. Disana kami  disambut Ibu Uswatun selaku instruktur kerajinan batik. Sekitar 30 menit kami berbincang-bincang.

Uswatun menjelaskan kontribusi semen indonesia siap pada masyarakat khususnya sentra kerajinan batik. Salah satunya berkaitan dengan pemasaran. Tahun 2007, pabrik semen indoensia tuban membantu pemasaran batik sehingga kebutuhan pasar semakin bertambah, tidak hanya di dalam negeri tetapi merambah ke manca negara seperti Amerika dan Eropa.

Kerajinan membatik diwariskan ke anak-anak muda di desa. Seorang gadis kecil nampak lihai, cakap dan telaten membatik ketika kami masuk ke “dapur” pembuatan batik usai berbincang-bincang dengan Ibu Uswatun. Usianya yang masih belia dikalahkan oleh keterampilannya mengukir bungan-bunga di kain itu (kain untuk membatik).

Ia mengatakan, keterampilan membatik sudah ia ketahuan sudah lama. Mudah, karena dia sudah terbiasa berkat pengajaran dari Ibu uswatun. Saya merasa iri, karena anak se kecil itu sudah mahir dalam membatik.  

Program desa binaan sebagai upaya untuk menfasilitasi masyarakat agar tak terkendala di bidang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Satu desa satu program atau yang dikenal dengan one village one program meliputi: kegiatan pelatihan, pameran, wirausaha dan lain-lain.

Jam menunjukkan pukul 12.50 WIB ketika kami meninggalkan desa yang merupakan pusat sentra kerajinan batik binaan Semen Indoensia Tuban itu. Rombongan menuju kantor PT Semen Gersik Tuban yang beralamat di Ds Sumberamu Kerek Tuban. Kami makan siang bersama dengan menu makan yang beragam. Para peserta tanpak ceria menikmati acara Green Wisata Industri 3.

Metting In Class Wisata Green Industry

Satu rangkaian acara yang juga tidak bisa dilewatkan dalam acara Green Wisata Industri 3 yaitu metting in the class. Kalau sebelumnya rombongan dari berbagai daerah mengunjungi lokasi dapur industri semen secara terpisah, dalam acara metting in the class kita berkumpul bersama. Di sanalah kemerian acara Green Wisata Industri terlihat. Hiburan musik juga di sediakan sebelum acara inti dilaksanakan. Kami menikmatinya dengan santai sembari menikmati hidangan yang sudah tertata rapi di atas meja. Metting in the class merupakan pertemuan langsung antara peserta dan sebagian “tokoh-tokoh” penting Semen Indonensia. Dan di saja jugalah peserta bisa mengungkapkan uneg-unegnya berkaitan dengan PT Semen Indoensia.

Beberapa materi disampaikan oleh PT Semen Indoensia, diantaranya mengenai proses pembuatan semen, gambaran pabrik secara keseluruhan, dan kedudukan PT Semen Indoensia. Hadir juga kepala proyek pendirian pabrik semen Remabang dan Corporate Social Responsibiliy (CSR) pabrik Semen Indoensia Gresik. Rancangan untuk pendirian pabrik semen Rembang dijabarkan dalam acara metting in the class. Begitupun berkaitan dengan kontribusi PT Semen Indonesia dalam program kesejahteraan lingkungan (baca: masyarakat) dijelaskan dengan detail oleh bagian CSR.  

Penambagan dan Pasca Tambang PT Semen Indoensia

Tidak berhenti di meeting the class, peserta Green Wisata Industry 3 diajak menyusuri area penambangan PT Semen Indonesia Tuban.Di sana truk-truk pengangkut hasil tambang sedang beroperasi. Penambangan batu kapur itu di atas tanah dengan luas sekitar 8 hektar. Saya, hanya membayangkan, betapa kayanya tanah indoensia. Sejak berdirinya PT Semen  Indoensia Tuban pada tahun 1993, batu kapur tak pernah habis hingga sekarang. Kekayaan alam indonesia harus benar-benar dimanfaatkan untuk kepentingan negara dan rakyat indoensia.

Kami juga mengunjungi tanah pasca tambang. PT Semen Indonensia tidak serta merta membiarkan tanah bekas tambang  tanpa guna. Pasca penambangan tanah ditanami pepohonan. Hal ini untuk tetap menjaga kehijaun lingkungan. Karena pohon tidak bisa hidup di atas tanah kapur, PT semen “menumpanginya” terlebih dahulu dengan tanah subur sekitar 1 meter. Di sanalah pohon-pohon jati itu tumbuh dan besar.

Semenku Ramah Lingkungan

Usai sudah penelusuran kami ke Industri Semen Indoensia Tuban. Dan kami tahu, dan tentu masih membekas di pikiran saya dari apa yang saya lihat di selama sehari. Pabrik semen tidak selamanya akan berdampak buruk bagi lingkungan. Lagi, pengelolaan pabrik yang baik, hati-hati, dan sesuai dengan undang-undang serta berdasarkan AMDAL yang objektif tentu sangat menentukan bagi kebaikan masyarakat khususnya masyarakat di sekitar pabrik.

PT Semen Indoensia Tuban telah menujukkan itu semua kepada saya, kita dan semua orang yang hadir dalam acara Wisata Green Industry 3. Industri semen yang ramah lingkungan tidak hanya bisa diterjemahkan ke pada hijaunya pepohonan di sekitar pabrik. Tetapi juga harus diterjemahkan pada “hijaunya kehidupan masyarakat sekitar”. Melalui program desa binaan, binaan yang berkelanjutan yang tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat, PT Semen Indonesia harus maju dan bangkit memenangkan persaingan industri dalam kancah internasional. Majulah #Semenku. Majulah Semen Indoensia yang ramah dan peduli terhadap lingkungan.

6 komentar:

  1. Semoga Semen Indonesia mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat

    BalasHapus
  2. Amin. Saya juga berharap demikian. Semoga pendapatan negara sebesar 51% dari SI bisa dipertahan. Lebih-lebih bisa dinaikkan.

    BalasHapus
  3. lanjukan semangat kangan mengecewakan masyarakat

    BalasHapus
  4. dnt judge something from the cover

    BalasHapus
  5. semoga event berikutnya lebih baik

    BalasHapus
  6. Say ikut juga loh. Terkesan dengan proyek K3-nya.

    BalasHapus