Akulah Angin
yang berhembus dalam gelap dan terang
yang menyusup dalam sesak dan renggang
Akulah Angin
yang memberi nafas kehidupan
yang melepas rantai kematian
Akulah Angin yang melambai lewat api dan pohon rindang
Sabdaku pada asap
Sabdaku pada daun
Sabdaku pada ranting
Sabdaku pada batang
Sabdaku pada ombak
Sabdaku pada gelombang
Sabdaku pada tebing
Sabdaku pada gedung
Akulah badai dalam ayat reruntuhan
Akulah ayat tuhan tanpa Qur’an,
tanpa huruf dan sakal
Aku hidup di negeri angin
Bersama babi, tikus dan celeng
Babi mengaku nabi, tikus memakan rakus
dan celeng yang hidup mentereng
Merongrong merengreng nasi sepiring kaum “koreng”
Aku hidup di negeri celeng
Celeng-celeng main kaleng
Bermain dadu penuh birahi dan nafsu
Aku hidup di negeri celeng
Merangkai sajat lewat badai dan duka bencana
Akulah angin
Tanpa wujud
Kadang mewujud seperti kentut yang mengutuk
Inilah laguku,
Lagu rindu di negeri kelabu
Semarang, 10 April 2015
Dilaunching pertama kali pada pentas sastra “Sajak Purnama” UKM Metafisis Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar