google.com |
Masih kuingat tangan kakek
memegang se utas tali dengan matan mendellek
tak henti-hentinya mulut itu memanggil nyaring
ketika aku berlari
mencari tempat sembunyi
"kemarilah nak, gingsul, nanti jika tak dicabut gigimu itu" ucap kakek
aku tak paham kata-katanya.
yang kutahu rasa sakit sudah terasa semenjak dua hari yang lalu
gigiku goyah. gigi depan sebelah kiri.
kukira gegara makan sembarangan
rupanya, itulah rumus alam yang kutahu setelah besar beberapa tahun silam.
rupanya kakek sayang kepada cucu: aku
gingsul gigi tanda tak bagus. Tak rapi. Tak berarti.
kecuali merusak tancap gigi: gusi
lalu, aku mengerti walau kadang tak kupahami:
gingsul gigi dalam racikan senyum kamboja, manis
di sebelah sana kujumpai
gingsul gigi, penghapus seribu benci.
Indah!
tak pernah habis
meski lepas dari senyum sinis
Sajak oleh Miftahul Arifin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar