Minggu, 19 April 2015

GINGSUL



google.com


Masih kuingat tangan kakek
memegang se utas tali dengan matan mendellek
tak henti-hentinya mulut itu memanggil nyaring
ketika aku berlari
mencari tempat sembunyi


             "kemarilah nak, gingsul, nanti jika tak dicabut gigimu itu" ucap kakek

aku tak paham kata-katanya.
yang kutahu rasa sakit sudah terasa semenjak dua hari yang lalu
gigiku goyah. gigi depan sebelah kiri.
kukira gegara makan sembarangan
rupanya, itulah rumus alam yang kutahu setelah besar beberapa tahun silam.

rupanya kakek sayang kepada cucu: aku
gingsul gigi tanda tak bagus. Tak rapi. Tak berarti.
kecuali merusak tancap gigi: gusi

lalu, aku mengerti walau kadang tak kupahami:

gingsul gigi dalam racikan senyum kamboja, manis
di sebelah sana kujumpai
gingsul gigi, penghapus seribu benci.

     Indah!
                  tak pernah habis

                                meski lepas dari senyum sinis

Semarang, 2015
Sajak oleh Miftahul Arifin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar