Senin, 30 September 2013

Potongan Kisah Marni

Masih ingatkah ketika kau selalu mengajak bermain di antara buah dada yang kau anggap itu sempurna. Kau juga tak henti-hentinya memainkan lidah melabrak lidahku ketika dua pasang bibir telah menyatu dalam kecup erat yang kau anggap itu adalah nikmat surga. Setelah itu kau seperti tak punya mata untuk menyaksikan kenyataan yang ada disekitarmu.

Ah, kau juga seringkali meminta untuk dipijat ketika pantatmu merasa bengkak setelah beberapa saat diremas-remas oleh lelaki yang hampir di setiap penghujung malam itu menghampirimu dengan birahi yang meluap-luap. Dari balik pintu aku melihatmu telah diperlakukan laiknya kuda liar. Sesekali terlentang. sesekali miring dan sesekali mendongak disertai teriakan-terikan yang membuat siapapun yang mendengar akan mengencangkan otot-otot.

Aku tak bisa bercerita banyak hal tentang semua yang telah engkau lakukan dengan pria-pria berjas itu. Biarlah kisahmu itu tenggelam bersama remukan-remukan tubuhmu oleh percakapan roda dan rel yang memisahkan semua organ tubuhmu beberapa hari yang lalu.

Ah, rupaya hidup yang kau jalani telah mempersiangkat usiamu. Marni, Marni !


Semarang, 01 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar