Kamis, 02 Januari 2014

Terima Kasih Tuhan, Engkau Masih Izinkan Aku Menyaksikan Siangmu Hari Ini

Kalau teringat peristiwa semalam, (lihat di sini )aku tidak bisa membayangkan akan melihat matahari hari ini. Dalam keadaan tidak siap, tanpa senjata, di kanan kiri tak ada benda untuk dijadikan alat perlwanan tiba dua orang itu mengeluarkan golok dan menyabetku.

Secara logika, mungkin aku, Hasan dan temanku si Badrun sudah tidak ada yang selamat, alias terluka. Atau paling tidak salah seorang diantara kami. Karena pada saat itu kami tidak melakukan perlawanan kecuali aku masih bersikeras mempertahankan handpond yang ada ditangan. Dua orang itu kemudian satu kali melempar sabetan ke tubuhku dan beberapa kali ke tubuh hasan. Setelah itu kami berlari sekencang-kencangnya bermaksud meminta pertolongan kepada orang-orang.
 "Dengan bercerita setidaknya orang lain tahu bahwa kami mengalami keadaan tragis yang telah mengancam hidup kami"

Puji syukur kepada tuhan yang telah mengatur segalanya sehingga sampai hari ini, aku masih diberi kesempatan untuk menghirup udara, melihat matahari, menulis catatan ini, berjalan dan ngobrol kesana kemari dan lain sebagainya. Terima kasih tuhan, terima kasih ya Allah. Hanya engkau penolong kami yang dapat menjadikan hidup kami lebih lama atau sebentar lagi.

Di balik cerita

Siapapun yang mengalami kejadian yang serupa mestilah ia memiliki ghiroh untuk menceritakan kejadian itu kepada orang lain. Kita akan bersemangat untuk bercerita karena baru saja kita mengalami hal-hal yang bersifat tragis, menakutkan, mengerikan, dan bisa juga disebut di luar nalar bahwa ternyata kita masih selamat. Tanpa cerita, maka sedikitnya hanya akan menambah beban. Kepanikan membuat otak kita penuh dan sulit untuk memikirkan yang lain. 

Dengan bercerita setidaknya orang lain tahu bahwa kami mengalami keadaan tragis yang telah mengancam hidup kami. Bagi kami, ada perasaan tersendiri yang membuat kami lebih nyaman dan lebih tenang setelah bercerita kepada orang. Bagi orang lain, mungkin saja, bisa jadi dan semoga saja menjadi perhatian untuk berhati-hati dalam segala hal, bahwa sejatinya maut setiap saat mengintai kita.

Namun, begitulah realita sosial. Tidak semua cerita kita mendapat respon positif walau tidak sampai pada respon negatif dari pendengar cerita kita. Ada yang mendengar dengan penuh perasaan, ada yang seolah peduli dengan melempar pertanyaan dan ada pula yang biasa biasa saja. Ada lagi yang menganggap remeh seolah tanpa sedikitpun kepedulian muncul dalam dirinya. Bahkan, ada yang menyambut cerita kami dengan melempar ejek bahwa apa yang kami alami kurang mengagetkan karena kami masih dalam keadaan selamat.

Tidak semua orang, memang, memiliki perasaan yang sama. Orang yang saya sebutkan terakhir biasanya baru merasa sendiri ketika kejadian itu menimpa dirinya.  Secara teoritis saya kurang tahu ini, apa teori ini dalam bahasan psikologi. Yang jelas-tipe kepribadian manusia mungkin juga ada kaitannya dengan pembahsan ini.

Akhirnya, saya hanya bisa mengatakan bahwa hidup ini complicated. Di balik kesedihan ada kesedihan, dibalik kebahagiaan ada kebahagiaan dan dibalik kejadian ada nilai dan pelajaran yang bisa diambil. Kesadaran adalah kunci utama, agar setiap detik dari hidup ini selalu ada perbaikan dari detik-detik sebelumnya. 

Semarang, 03 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar