Selasa, 14 April 2015

Tafakur di Ujung Senja


Di ujung senja ini
tak inginku bertemu apapun
tak inginku bicara dengan siapapun
dan tak inginku duduk-berdiri diantara apapun

        pun aku tak ingin diganggu,
        sekalipun oleh bunga dan kuntum

Semenjak pagi menjelang, mengembang, terbang, hilang: siang datang
lalu, menjemput ajal
Tiba-tiba senja datang, 
tanpa isyarat kalau hari ini tak pernah kupandang gemintang

iya,
karena hari tadi, siang, pikirku ulang
tidak!
Bintang tak pernah pulang setelah malam

         Lalu, aku terkapar dalam legam

kesal,

sial,

sesal

         Gegara pantat hitam

di tafakur senja ini, aku mengharap hujan
datang dalam petang

                        besok, aku belum ingin pulang 


Semarang, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar